Selasa, 18 Agustus 2009

Ramadhan Masa Kecil

Setiap ramadhan tiba, pasti ingat masa-masa kecil dulu. Satu hari sebelum ramadhan biasanya ada namanya "Padusan". Kalau sekarang mungkin yang dimaksud membersihkan diri dengan mandi keramas, seperti mandi besar. Cuma yang terpikir waktu kecil dulu "Padusan" dengan pergi ke sumber mata air untuk mandi ataupun berenang. Karena waktu itu memang sumber mata air selalu ramai menjelang ramadhan. masih ingat namanya "cokro tulung". Entah sekarang apa masih ramai kalau menjelang ramadhan. Apa tradisi "Padusan" juga masih ada? Kemudian mulai menjalankan shalat tarawih dihari pertama dimasjid yang letaknya masih satu halaman rumah. Masjid biasanya selalu penuh dengan jamaahnya. Dari yang tua sampai anak-anak, perempuan dan laki-laki. Sampai-sampai pelataran rumah juga dipadati oleh jamaah laki-laki. Imam masjidnya selalu ganti, mungkin dijadwal ya waktu itu. Yang berkesan dari setiap shalat tarawih ini, imamnya selalu membaca surat-surat dari Juzz 'Amma. Tidak hanya surat-surat pendeknya, tapi juga surat-surat panjang dari Juzz 'Amma. Sampai-sampai setiap imam membaca, kita jadi mulai hafal. Kemudian setelah selesai menjalankan sholat tarawih, biasanya imam memimpin dzikir dan memimpin do'a dilanjutkan membaca niat puasa ramadhan bersama-sama. Masih ingat bacaan niatnya waktu itu "Nawaitu souma ghodin an 'adaai fardhi syahri ramadhani hadihis sanati fardhol lillahi ta'ala" lalu dilanjutkan dalam bahasa jawanya "niat ingsun poso ing dino sesok saking anekani ferdhune wulan romadhon ing tahun iki" ini biasa dibaca bersama-sama dan dilagukan. Anak-anak yang paling suka dan melantunkannya keras-keras. Kemudian dilanjutkan ceramah agama yang bahasanya mudah dipahami baik yang tua, muda maupun anak-anak. Jadi anak-anak senang mendengarkan. Kalau ceramah-ceramah agama yang sekarang ini bahasanya njlimet. Kalau yang tidak mengerti malah mlongo alias mendengarkan tapi nggak mudeng. Padahal sebenarnya shalat tarawih yang biasanya banyak jamaahnya ini adalah kesempatan yang baik untuk menarik jamaah supaya tetap cinta dan datang kemasjid. Lanjut kecerita masa kecil, setelah ceramah biasanya dibagi "Jaburan" atau dibagi kue. Meski kadang kue tidak kemakan setelah mendapatkan, tapi senangnya bukan main waktu dibagi, apalagi menunggu-nunggu kue apa yang dibagikan hari ini? Yang menarik lagi, sampai dihari akhir puasa, masjid masih penuh. Anak-anak juga masih banyak. Mungkin juga karena anak-anak sekolah mendapat tugas dari guru agama untuk mendapatkan tanda tangan dari imam dan penceramahnya. Pendidikan yang baik sebenarnya. Karena anak dituntut untuk mau mendengarkan ceramah dan menulis ringkasan ceramahnya. Waktu kutanyakan keanakku yang masih SD, apa ada tugas dari sekolah untuk ramadhan ini seperti mendapatkan tandatangan dari imam ataupun penceramahnya. Anakku bilang tidak ada. Yah, beda jaman, beda cara mengajarnya. Tapi apa disekolah lain masih berlaku ya tugas dari guru agama untuk mengisi kegiatan ramadhan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar